Diposting oleh
Unknown
di
00.41
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ
نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ
لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ
وَ خَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ
اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ و كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Amma ba’du, marilah kita senantiasa
meningkatkan ketakwaan kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan
hendaklah kita senantiasa ingat, bahwa sebagai seorang muslim kita diwajibkan
selama masih hidup untuk senantiasa taat dan beribadah kepada Allâh Subhanahu
wa Ta’ala. Allâh berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ
الْيَقِينُ
“dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai
datang kematian kepadamu.” (Q.S. al-Hijr/15: 99) .
Sebagian ulama salaf mengatakan, “Tiada
tujuan lain amalan seorang muslim, kecuali untuk menghadapi kematian.”
Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan
bagi seorang muslim untuk lebih serius memperhatikan dan mengerahkan segala
kemampuannya pada mawâsimil khair (waktu-waktu yang utama untuk
melakukan kebaikan). Di antara bentuk rahmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala
yaitu Dia menyediakan bagi para hamba-Nya waktu-waktu utama yang pada saat itu
semua kebaikan dilipat gandakan balasannya dibandingkan waktu-waktu lainnya. Di
antara waktu itu adalah bulan Ramadhân yang penuh berkah. Pada bulan ini, Allâh
Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Alqurân yang merupakan petunjuk bagi umat
manusia. Inilah musim melakukan kebaikan yang sangat agung.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sungguh akan datang kepada kalian tamu
yang membawa keberkahan dan lagi mulia. Maka, hendaklah kita menyambutnya
dengan penuh harapan dan kebahagiaan. Hendaklah kalian bersyukurlah kepada
Allâh Subhanahu wa Ta’ala, karena Allâh Subhanahu wa Ta’ala masih
memberi kita kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhân! Hendaklah kita memohon
kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala agar ditolong dalam melakukan berbagai
amal shalih, serta mohonlah kepada-Nya agar Allâh Subhanahu wa Ta’ala
menerima seluruh amal kita. Karena bulan Ramadhân sebagaimana telah kita
ketahui memiliki banyak keistimewaan.
Di antara keistimewaannya adalah Allâh Subhanahu
wa Ta’ala menjadikan puasa pada bulan Ramadhân sebagai salah satu rukun
Islam. Orang yang telah memenuhi persyaratan tidak diperkenankan meninggalkan
berpuasa pada bulan itu, kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat, seperti
bepergian jauh atau sakit. Itupun dia tetap dikenai beban untuk menggantinya di
bulan-bulan yang lain. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ
فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ
أُخَرَ
Barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. (Q.S. al-Baqarah/2: 185).
Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala
memberikan keringanan kepada orang yang sudah berusia lanjut dan tidak mampu
lagi untuk berpuasa. Orang seperti ini tidak dikenai kewajiban mengganti pada
bulan yang lain. Dia hanya dikenai kewajiban membayar fidyah sesuai dengan
ketentuan syariat.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Di antara keistimewaan Ramadhân yaitu
shalat tarawih yang disyariatkan khusus pada bulan ini. Shalat sunat
disyariatkan dikerjakan secara berjamaah di masjid. Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى
يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
Barangsiapa yang shalat bersama imam, maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat untuknya pahala shalat semalam penuh.
Para ulama mengatakan bahwa shalat ini
hukumnya sunat mukkad, sehingga seharusnya bagi seluruh kaum muslimin
memperhatikannya dengan baik. Hendaknya kita memperhatikan cara pelaksanaanya
agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tidak hanya sekadar mengikuti adat atau kebiasaan. Sangat disayangkan fenomena
di tengah masyarakat, banyak di antara mereka yang melaksanakannya, namun
seakan sebagai adat saja. Sehingga, apa yang mereka lakukan tidak berbekas sama
sekali dalam jiwa. Nas’alullah ‘afiyah.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan lain dari Ramadhân yaitu
Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihnya sebagai waktu untuk menurunkan
Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia. Allâh Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ
الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Alqurân sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil). (Qs al-Baqarah/2:185)
Ibnu Abbâs mengatakan, “Allah Subhanahu
wa Ta’ala menurunkan seluruh Alquran sekaligus dari Lauhul Mahfuzh
ke Baitul Izzah di langit dunia pada bulan Ramadhân. Lalu di sana,
diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai kejadian.”
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Keistimewaan ramadhan yang selalu
ditunggu-tunggu dan diharap-harap yaitu dia memilki Lailatul Qadr yang
dijelaskan langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala keistimewaannya yaitu
lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang diberi taufik oleh untuk beramal
malam itu, berarti sama dengan beramal selama delapan puluh tiga tahun. Semoga
kita termasuk orang-orang yang diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
untuk beramal shalih pada malam itu.
Dan masih banyak lagi keistimewaan bulan
Ramadhân, bulan yang ditunggu kehadirannya oleh seluruh kaum muslimin yang
memiliki kepedulian terhadap hari akhiratnya. Bulan yang penuh berkah ini akan
segera datang. Mestinya, sejak sekarang sudah bertekad akan bersungguh-sungguh
dalam melakukan amal shalih pada bulan Ramadhân, sebagaimana anjuran
Rasûlullâh. Bersungguh-sungguh melaksanakan berbagai amalan shalih, baik yang
wajib, ataupun sunnah, seperti shalat,
shadaqah, dan sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allâh Subhanahu wa
Ta’ala. Maka, janganlah kita sia-siakan bulan ini dengan melakukan sesuatu
yang tidak bermanfaat, sebagaimana kelakuan orang-orang celaka. Yaitu
orang-orang yang lupa kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala, sehingga Allâh
pun melupakan mereka. Mereka tidak bisa memetik manfaat apapun dari bulan yang
penuh kebaikan yang akan menjelang ini. Mereka tidak mengetahui kehormatan
bulan ini dan tidak mengetahui nilainya.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullâh
Pada bulan Ramadhân, pintu-pintu surga
dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup. Setan yang senantiasa menggoda
dan menjebak manusia agar berbuat maksiat pun dibelenggu. Dalam sebuah riwayat
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ
الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Apabila bulan Ramadhân telah tiba,
pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. (H.R. Muslim).
Dengan demikian, kesempatan untuk
melakukan kebaikan itu terbuka lebar. Kita juga bisa menyaksikan pada bulan
Ramadhân, banyak orang yang berubah drastis. Dari yang tidak pernah ke masjid
jadi gemar ke masjid; dari yang bakhil berubah menjadi pemurah dan lain
sebagainya.
Namun sangat disayangkan, banyak orang
yang tidak mengerti hakikat bulan yang mulia ini, yang mereka tahu adalah bulan
ini merupakan kesempatan untuk menghidangkan dan menyantap makanan dan minuman
yang bervariasi. Asumsi ini mendorong berusaha keras untuk memenuhi apapun yang
diinginkan oleh hawa nafsunya. Mereka mengeluarkan biaya yang banyak untuk
membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Mereka berfoya-foya.
Padahal sudah dimaklumi bersama, bahwa terlalu banyak makan menyebabkan
seseorang malas melaksanakan perbuatan taat. Sementara pada bulan yang mulia
ini, seorang muslim diharapkan mengurangi makan sehingga bisa bersungguh-sungguh
dalam beribadah.
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Sebagian lagi memahaminya sebagai
kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan. Dia pun “memanfaatkan” sebagian
besar waktunya untuk mendengkur, bahkan sampai tertinggal shalat jamaah di
masjid. Mereka berdalil dengan hadits lemah,
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ
Tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah. (Hadits ini dinyatakan dhaif oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah
dalam Silsilah Ahadits adh-Dhaifah, no. 4696).
Ini jelas sebuah kekeliruan.
Sebagian lagi memahaminya sebagai waktu
untuk begadang, bukan dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, tapi mereka habiskan waktu malam mereka dengan bercanda-ria dan
melakukan berbagai aktivitas yang sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka di
akhirat. Ketika badan sudah terasa lelah akibat begadang, mereka segera sahur,
selanjutnya tidur sampai melewati shalat Shubuh. Na’udzubillah.
Sebagian lagi asik menyantap hidangan saat
berbuka sampai lupa diri dan meninggalkan shalat Maghrib berjama’ah di masjid.
Inilah di antara fenomena meyedihkan yang sering kita temukan di tengah
masyarakat pada bulan Ramadhân. Mereka meninggalkan berbagai kewajiban dan
melakukan aneka perbuatan yang diharamkan. Rasa takut kepada adzab Allâh Subhanahu
wa Ta’ala seakan sudah tidak ada lagi di hati mereka. Kalau kelakuan
mereka, masihkah Ramadhân memiliki keistimewaan di mata mereka? Manfaat apa
yang bisa mereka petik darinya?
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Ada lagi sebagian orang yang memahami
bulan Ramadhân sebagai kesempatan emas untuk berbisnis. Mereka mencurahkan
segala kemampuan untuk menyusun strategi demi meraup untung sebanyak-banyaknya
di bulan ini. Waktu-waktu mereka dihabiskan di lokasi-lokasi bisnis, sampai-sampai
tidak lagi untuk ke masjid, kecuali sebentar saja dan itupun dalam suasana
terburu-buru. Di kepala mereka, Ramadhân merupakan kesempatan meraih dunia dan
bukan akhirat. Mereka letihkan diri mereka pada bulan Ramadhân demi mencari
sesuatu yang fana dan meninggalkan sesuatu yang manfaatnya kekal abadi.
Inilah beberapa contoh sikap yang keliru
dalam menyikapi kemuliaan bulan Ramadhân. Tanpa disadari, ini merupakan musibah
besar bagi mereka. Mereka dari terhalang berbagai kebaikan yang Allâh Subhanahu
wa Ta’ala janjikan bagi orang-orang yang memanfaatkan momen berharga ini
dalam rangka beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala semata. Semoga
Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang
mengerti akan arti Ramadhân dan semoga Allâh Subhanahu wa Ta’ala
senantiasa memberikan taufik kepada kita semua untuk senantiasa beramal shaleh.
[Khutbah Kedua]
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَ
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
Kaum Muslimin, rahimakumullâh
Pada khutbah yang pertama, sudah kita
sampaikan beberapa sikap sebagian kaum Muslimin yang keliru dalam menyikapi
Ramadhân. Keliru karena bertolak belakang dengan sikap Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Karena, pada bulan Ramadhân, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam lebih giat lagi beribadah dibandingkan dengan bulan-bulan
lainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggalkan berbagai
kesibukan demi beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Ini juga yang
dilakukan oleh para ulama salaf. Mereka benar-benar serius memperhatikan bulan
ini. Mereka meluangkan waktunya untuk beribadah kepada kepada Allâh Subhanahu
wa Ta’ala dengan menunaikan berbagai amal shaleh. Mereka memanfaatkan detik
demi detik waktu dalam ketaatan kepada Rabb mereka dan bersungguh-sungguh
melaksanakan shalat tahajjud. Az-Zuhri rahimahullah mengatakan,
“Apabila bulan Ramadhân telah tiba, maka waktu itu hanya untuk membaca Alqurân
dan memberi makan orang lain.” Para ulama salaf juga senantiasa duduk di masjid
dan mengatakan, “Kami menjaga puasa kami dan tidak menggunjing seorangpun.”
Mereka juga memiliki antusias tinggi untuk melaksanakan shalat tarawih dan
menyelesaikannya bersama imam. Maka dengan demikian bertakwalah kalian kepada
Allâh wahai kaum muslimin dan jagalah bulan Ramadhân ini, perbanyaklah di
dalamnya ketaatan-ketaatan kepada Allâh mudah-mudahan Allâh menggolongkan
(menetapkan) bagi kita ke dalam orang-orang yang beruntung dan memperoleh
kemenangan di bulan ini.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَآإِن نَّسِينَآ
أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآإِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ
عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَطَاقَةَ لَنَا
بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا
عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
أَقِمِ الصَّلاَةَ
Label: kutbah
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar